Operasi Penyelamatan pada Confine Spaces (ruang sempit)
Seiring kemajuan jaman, Dinas Pemadam
Kebakaran sebagai institusi dituntut untuk memberikan pelayanan yang bukan
hanya bidang kebakaran seperti: Pencegahan, Pemadaman dan sejenisnya. Namun
seperti di negara-negara maju, pemadam kebakaran juga dituntut untuk memberikan
pertolongan dan penyelamatan misalnya : orang tenggelam,
kecelakaan lalu lintas, penyelamatan pada ketinggian, orang terperosok di
lubang, orang terjebak di gorong-gorong dan lain-lain.
Dengan semakin pesatnya pembangunan maka
akan banyak pula proyek-proyek pengerjaan infrasruktur , dan infatruktur yang
banyak di jumpai di perkotaan dan industri diantaranya adalah pembuatan
gorong-gorong, tangki dan lain-lain.
Di Amerika, sedikitnya 63 pekerja
meninggal dunia dan 5000 orang mengalami cedera serius setiap tahunnya, mereka yang bekerja pada Confine Spaces (ruang sempit), dan ironisnya yang menjadi
korban termasuk para penyelamat di
dalamnya. Oleh sebab itu kami mencoba
untuk menulis bagaimana cara dan teknik
penyelamatan di ruang sempit (Confine Spaces),
untuk paling tidak mengurangi korban utamanya para penyelamat di pemadam
kebakaran.
Karakteristik Ruang Sempit
Menurut
standar OSHA (Occupational Safety and Health
Administration) Ruang Sempit untuk Industri
diistilahkan "ruang tertutup" yaitu area kerja yang:
1 1. Cukup
besar dan dimana tubuh seorang karyawan
bisa masuk dan melakukan pekerjaan.
2 2. Terbatas
atau dibatasi sarana untuk masuk atau keluar.
3 3. Tidak
dirancang untuk sebagai hunian karyawan secara terus menerus
4 4. Mengandung
atau memiliki potensi berbahaya (pekerja maupun penyelamat)
5. Memiliki
konfigurasi seperti karyawan dapat terjebak atau sesak napas karena dalam konvergen dinding, atau lantai yang miring ke
bawah dan meruncing ke penampang yang lebih kecil (terperosok).
6. Membahayakan
keselamatan atau kesehatan.
dan
sering ditemukan dalam berbagai pekerjaan banyak terletak di bawah tanah, namun ada pula yang di atas tanah, di dalam gedung, di jalan, kereta api, dan bahkan di
air.
Dari keterangan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa definisi ruang sempit adalah :
Sebuah ruang Terbatas/sempit yang cukup besar yang seorang karyawan
dapat masuk dan melakukan pekerjaan yang ditugaskan namun memiliki keterbatasan
atau dibatasi sarana untuk masuk atau keluar tetapi tidak dirancang untuk
hunian karyawan terus menerus.
contoh: tank, lubang
, terowongan, kubah, boiler, selokan
, shaft, saluran ventilasi dan ruang
merangkak.
Menurut Valcount dan Gatland (1992),
OSHA memperkirakan bahwa lebih dari 2 juta karyawan bekerja memasuki ruang
sempit diatas setiap tahunnya. Dan sekitar 50.000 mengalami kedaruratan serta
63 kematian akibat insiden ruang sempit saat melakukan pekerjaan.
Oleh sebab itu seorang petugas pemadam
harus mampu dan terampil dalam penyelamatan di ruang sempit agar terhindar dari
kecelakaan dalam penyelamatan. Seorang petugas pemadam juga harus mengenal
apasaja bahaya-bahaya yang ada di dalam ruang sempit.
bahaya
terbesar di ruang sempit adalah atmosfer. Atmosfer berbahaya dapat dibagi
menjadi tiga kategori:
1 1. Asphyxiating,
2 2. Mudah
terbakar,
3. Dan beracun.
1 Asphyxiating
Atmosfer
Istilah "asphyxiating " adalah
dimana kadar oksigen kurang dari 19,5 persen oksigen (normalnya 21 %). Di bawah
konsentrasi ini fungsi pernafasan seseorang tidak dapat dikompromikan.
Efek Potensi kekurangan oksigen
Oksigen
Dalam persen
dan volume
|
Efek dan
gejala
Dalam tekanan
atmosfir
|
19,5
15 sampai 19
12 sampai 14
10 sampai 12
8 sampai 10
6 sampai 8
4 sampai 6
|
tingkat oksigen yang diijinkan minimum OSHA
Penurunan
kemampuan untuk bekerja keras; mungkin
merusak
koordinasi dan dapat menyebabkan gejala awal koroner paru
Respirasi
meningkat dengan tenaga; mengalami peningkatan denyut nadi, gangguan
koordinasi persepsi pertimbangan
Respirasi
kenaikan lebih lanjut dalam tingkat dan kedalaman, penilaian buruk, bibir
biru
kegagalan
Mental, pingsan, ketidaksadaran, wajah
kelabu., bibir biru, mual dan muntah
Delapan
menit 100 persen yang fatal; enam menit 50 persen yang fatal, 4-5 menit
recovery
dengan
pengobatan
koma
dalam 40 detik, kejang, penghentian
respirasi
dan kematian
|
Banyak sekali anggota pemadam kebakaran
harus meregang nyawa saat akan menyelamatkan korban dalam ruang sempit karena asphyxiating,
Dalam sejarah kasus ini, pemantauan suasana sebelum
masuk area bisa mencegah kematian dari 5 orang, termasuk satu penyelamat
terlatih. Pemantauan suasana sebelum masuk ke ruang tertutup adalah prosedur
keselamatan wajib.
2. Atmosfer
yang mudah terbakar dan Explosive
Suasana
yang dapat menimbulkan kebakaran yang serius atau bahaya ledakan jika gas yang
mudah terbakar atau uap ada pada konsentrasi yang lebih besar dari 10% dari
batas yang mudah terbakar bawa nya (LFL) atau jika debu yang mudah terbakar
hadir pada konsentrasi yang mengaburkan penglihatan pada jarak 5 meter atau
kurang.
Suasana
yang mudah terbakar juga bisa timbul dari oksigen yang diperkaya atmosfer.
Atmosfer yang kaya oksigen didefinisikan sebagai atmosfer yang mengandung lebih
dari 23,5 persen oksigen.
insiden
yang melibatkan kegagalan untuk memantau potensi bahan mudah terbakar dan juga
racun dalam kategori ketiga atmosfer berbahaya, dapat digunakan istilah
"suasana beracun" untuk mengacu pada setiap suasana yang mengandung
gas, uap, atau asap yang diketahui memiliki efek fisiologis beracun. Gas beracun
yang paling sering ditemui adalah karbon monoksida (CO) dan hidrogen sulfida
(H2S). Menurut NIOSH (National Institute of Safety & Health) tahun 1994,
hal. 192 tiga petugas pemadam kebakaran meninggal dalam sumur setelah terkena karbon
monoksida dari knalpot dari mesin pompa bertenaga bensin portable. Insiden ini
terjadi setelah empat petugas pemadam kebakaran melakukan penyelamatan dari
warga setempat untuk memindahkan sisa-sisa hewan yang mati dari air sumur 12
Meter. Para pemadam kebakaran memutuskan untuk memompa air keluar dari sumur.
Satu pemadam kebakaran naik turun ke dalam sumur dengan tangga aluminium dan
membangun sebuah platform kayu di tingkat 15 kaki. Seorang petugas pemadam
kebakaran kedua naik ke dalam sumur untuk membantu posisi pompa bensin bertenaga mesin seperti yang diturunkan
ke platform. Dalam beberapa menit pemadam kebakaran pertama menjadi pusing lalu
keluar sumur. pemadam kebakaran kedua
tetap dalam sumur dan tidak sadarkan diri. Dalam beberapa menit beberapa
pemadam kebakaran lainnya menanggapi
panggilan darurat radio tiba di lokasi. Selama 3 jam berikutnya, delapan petugas
pemadam kebakaran memasuki sumur dalam
upaya penyelamatan. Hanya dua dari pemadam kebakaran menyelamatkan mengenakan
SCBA, pemadam kebakaran pertama berhasil diselamatkan dan dihidupkan kembali. pemadam
kebakaran kedua dan dua petugas pemadam kebakaran lainnya mencoba menyelamatkan
namun meninggal dunia di dalam sumur.
Para peneliti NIOSH menyimpulkan bahwa,
untuk mencegah kejadian serupa, pemadam kebakaran harus mengembangkan prosedur
operasi standar untuk operasi ruang tertutup (NIOSH, 1990). Juga dianjurkan
adalah pengembangan program keselamatan umum dan wajib menggunakan alat pelindung
pernapasan ketika beroperasi di daerah-daerah di mana bahaya pernafasan terjadi.
Untuk memastikan pemadam kebakaran yang siap dan aman melakukan tugas
penyelamatan , para peneliti juga menekankan perlunya pelatihan rutin secara
tim pada ruang tertutup.
Efek
Potensi Karbon Monoksida Exposure
Bagian per juta
|
Efek dan Gejala
|
Waktu
|
50
200
400
600
1.000
hingga 2.000
1.000
sampai 2.000
1.000
sampai 2.000
2.000
sampai 2.500
4.000
|
tingkat
pemaparan yang diijinkan
Sedikit
sakit kepala, rasa tidak nyaman
Sakit
kepala, rasa tidak nyaman
Sakit
kepala, rasa tidak nyaman
Kebingungan,
sakit kepala, mual
Kecenderungan
untuk sempoyongan
palpitasi
Sedikit pada jantung
sadar
Fatal
|
8
jam
3
jam
2
jam
1
jam
2
jam
1
½ jam
30
menit
30
menit
Kurang
dari 1 jam
|
Efek
Potensi Hidrogen Sulfida Exposure
Bagian per juta
|
Efek dan Gejala
|
Waktu
|
10
50
sampai 100
200
sampai 300
500
sampai 700
1.000
|
(tingkat pemaparan yang diijinkan)
Ditandai
iritasi mata ringan dan pernafasan ringan
Ditandai
iritasi mata dan iritasi perafasan
Tidak
sadar, kematian
Tidak
sadar; Kematian
|
8
jam
1
jam
1
jam
1½
sampai 1 jam
Dalam
beberapa menit
|
Bahaya fisik
kategori
bahaya fisik ruang sempit seperti yang terkait dengan
1. Terbatasnya
untuk masuk dan keluar.
2. Ukuran
terbatas masuk dan keluar.
3. Ukuran
terbatas, ruang terbatas itu sendiri.
4. Benda
tajam;
5. Permukaan/jalan
tidak teratur, kotor dan licin,
6. Yang
tersimpan biasanya padatan mengalir (pasir, biji-bijian, kerikil, dll).
Sumber
energi juga bahaya yang serius dalam ruang tertutup pada penyelamatan, energi
khususnya listrik. Tersengat listrik dapat
menyebabkan kematian dan ini bisa dicegah dengan mengambil tindakan mengunci
sumber listrik sebelum memasuki ruang (menurunkan listrik/MCB).
Bahaya
binatang buas
Dalam
ruang sempit yang tempatnya lembab sering kali dijumpai binatang-binatang buas yang bersarang disana,
walau binatang buas yang ada tidak besar namun sering kali gigitannya dapat
mematikan manusia yang masuk kedalam ruang sempit, misalnya: ular,
kalajengking, laba-laba dan lain-lain, oleh sebab itu para penyelamat juga harus
mewaspadai binatang-binatang ini dengan mengantisipasi agar tidak terkena
gigitannya.
Untuk
keamanan dalam pekerjaan ruang sempit/terbatas maka setiap perusahaan yang
memberi kewenangan karyawan yang akan melakukan pekerjaan dengan masuk kedalam ruang sempit/terbatas harus
mendapat izin tertulis dari perusahaan.
Izin
tertulis yang mendokumentasikan sesuai dengan bagian dan kewenangan masuk ke
ruang terbatas harus mengidentifikasi:
1 1. Ruang
mana yang akan dikerjakan (dimasukan).
2 2. Tujuan
masuk.
3 3. Tanggal
dan durasi resmi dari izin masuk.
4 4. karyawan
yang telah mampu masuk ke dalam ruang terbatas, dengan nama atau pekerjaannya maka akan memungkinkan perusahaan/pengawas untuk menentukan dengan cepat dan
akurat, selama izin, pengawas dapat memonitor perkembangan secara kontinyu
5 5. Personil
dengan nama dan pembantu
6. Isi
suratnya, permohonan izin masuk ke ruang terbatas/sempit
7 7. Memperhatikan
langkah-langkah yang digunakan untuk mengisolasi ruang izin dan menghilangkan
atau mengendalikan bahaya sebelum masuk;
a. Kondisi
ruang terbatas/sempit untuk masuk dapat dikatakan aman
b b. Memakai
Alat Pelindung diri masuk keruang terbatas (helm, jacket, sepatu safety, sarung tangan, detector gas, alat penerangan, SCBA, DSU, peralatan ventilasi, tangga,
alat komunikasi dan lain-lain
c c. Dengan
melihat acuan hasil tes awal dan periodik, disertai dengan nama atau inisial
tester dan dengan indikasi ketika tes dilakukan;
d d. Mempunyai
nomer telpon tim penyelamatan dan darurat yang dapat dipanggil sewaktu-waktu.
e. Menjaga
komunikasi antara petugas, pembantu, pengawas dan tim penyelamat.
f f. Peralatan,
seperti alat pelindung, peralatan pengujian, peralatan komunikasi, sistem
alarm, dan peralatan penyelamatan dalam keadaan siap pakai.
g g. Informasi
lain sangat diperlukan, mengingat
kondisi ruang terbatas berbeda-beda, dalam rangka untuk memastikan keselamatan
petugas/pekerja.
h h. Setiap
izin tambahan, seperti ijin kerja lembur, menambah jarak pekerjaan dan
lain-lain diluar jadwal harus diketahui pengawas dan perusahaan.
i. Yang tidak kalah
penting dari itu semua adalah pekerja yang masuk dalam ruang terbatas/sempit
harus terlatih dan bersertifikat.
Namun
itu semua tidak membuat seorang pekerja dapat aman begitu saja, kecelakaan bisa
saja terjadi, baik karena kesalahan prosedur, human error atau pengawasan yang
tidak baik.
Petugas
Pemadam Kebakaran sebagai institusi yang ditunjuk dalam hal penyelamatan harus
siap dengan segala konsukwensinya baik itu petugas, peralatan dan lain-lain.
Operasi Penyelamatan pada Ruang
Terbatas
Sebuah tinjauan standar yang dibahas di atas
menunjukkan bahwa operasi penyelamatan untuk keadaan darurat ruang terbatas/sempit
sangat penting untuk operasi yang aman dan efektif. Operasi penyelamatan harus berjalan sesuai prosedur untuk
identifikasi bahaya, pengujian dan evaluasi, prosedur masuk, ventilasi, alat
bantu pernapasan, peralatan pelindung, dan penyelamatan serta sistem pemindahan
(bukan hanya bagi korban, tetapi juga untuk penyelamat ). Dengan pemikiran ini
penulis mencoba menggabungkan beberapaa literatur atau mencari sumber-sumber
yang akan menyediakan format atau dokumen sampel prosedur penyelamatan.
Cakupan:
Bagian ini mendefinisikan subjek atau topik yang akan dibahas oleh standar dan
mengidentifikasi anggota penyelamat.
Tujuan:
Bagian ini menyediakan sasaran yang akan di tuju.
Umum:
Bagian ini mungkin berisi pernyataan
yang mencakup informasi latar belakang tentang topik ini.
Pernyataan
Kebijakan dan Prosedur atau Pedoman yang akan Diikuti: Bagian ini
mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dilakukan, menentukan siapa yang harus
melakukan tugas-tugas tertentu dan daftar urutan tugas harus dilakukan. Lebih
dari satu bagian mungkin diperlukan untuk mengatasi topik yang kompleks.
Misalnya, prosedur pemakaian Alat Pelindung Diri (APD).
Tanggung Jawab: Bagian ini memberikan
tanggung jawab kepada individu dan kelompok tertentu untuk mematuhi ketentuan
standar dan menetapkan mekanisme untuk memegang anggota bertanggung jawab untuk
mematuhi prosedur penyelamatan.
Peralatan yang dibutuhkan untuk
Ruang Terbatas Penyelamatan Operasi
Peralatan penyelamatan khusus akan
bervariasi sesuai dengan medan, ruang dan bahaya ditempat operasi penyelamatan.
Persyaratan yang terbaik untuk operasi penyelamatan adalah berbasis kinerja,
membutuhkan pimpinan (Incident Commander) yang paham dan mengerti peralatan
untuk memberikan penyelamat dengan peralatan yang perlu untuk menanggapi
insiden ruang tertutup.
Meskipun persyaratan peralatan
penyelamatan mungkin berbeda dengan bahaya dan keadaan ruang terbatas, ada
sejumlah potongan yang biasa diperlukan peralatan penyelamatan yang harus
disertakan dalam setiap persediaan bagian penyelamatan. peralatan penyelamatan
berikut ini diperlukan untuk operasi terbatas ruang penyelamatan:
• atmosfer monitor, peralatan ventilasi,
alat pelindung diri, peralatan komunikasi, sistem pencarian, perangkat
transportasi korban, peralatan pencahayaan, kontrol bahaya energy, peralatan
penyelamatan elevasi, perangkat paxoginy pasien
Respon pada Waktu
Reaksi
waktu :
Waktu
antara karyawan/petugas yang mengalami masalah dan memerlukan penyelamatan
serta pengakuan pengawas keamanan bahwa karyawan memiliki masalah/harus segera
ditolong.
Hubungan
waktu :
Waktu
yang dibutuhkan oleh pengawas untuk menghubungi tim penyelamat.
Response
waktu :
Waktu
yang dibutuhkan oleh tim penyelamat tiba di lokasi penyelamatan setelah kontak
dengan pengawas di lapangan
Waktu
penilaian :
Waktu
yang dibutuhkan oleh tim penyelamat untuk ukuran masalah dan menentukan
strategi untuk melakukan penyelamatan yang efektif, efisien dan aman.
Persiapan
waktu :
Waktu
yang dibutuhkan oleh tim penyelamat untuk mengatur selama penyelamatan.
Waktu
penyelamatan :
Waktu
yang dibutuhkan untuk tim untuk mencapai, mengevakuasi dan mengobati korban
dari ruang sempit.
Sistem
Komando pada ruang sempit
Sistim komando pada ruang sempit sangat penting
dalam keberhasilan operasi penyelamatan,
sehingga semua tugas dalam sistim penyelamatan diruang sempit
sudah sesuai dengan keahlian dan ketrampilan masing-masing seperti yang
dilakukan dalam setiap latihan.
Incident
Commander
Sistim
komando dikepalai oleh seorang Incident Commander (IC) yang sudah paham sekali
dengan segala penyelamatan terlebih dengan ruang sempit, IC harus paham apa
saja kondisi bahaya, APD yang dipakai, peralatan yang digunakan, dan prosedur penyelamatan di ruang sempit.
Seorang
Incident Commander bertanggung jawab dengan keselamatan hidup Tim penyelamat
secara keseluruhan, oleh karena itu tanggung jawabnya di mulai ketika Tim
penyelamat menerima laporan sampai Tim penyelamat selesai operasi penyelamatan
(Mengevakuasi Korban sampai rumah sakit). IC harus mempunyai strategi
penyelamatan dan alternatif setiap dinamika yang berkembang dalam penyelamatan,
sehingga seorang IC harus mampu menganalisa strategi, yaitu berapa jumlah tim
yang dibutuhkan, siapa saja yang masuk dalam tim penyelamatan, APD yang tepat
digunakan, dan peralatan yang dibutuhkan.
Tugas
Incident Commander secara rinci yaitu:
1 1. Membuat
penilaian dan evaluasi awal (Size-Up)
2 2. Menetapkan
tujuan dan sasaran dan pengembangannya (Strategi)
3 3. Menentukan
sumber daya (tim) termasuk tambahan jika diperlukan
4 4. Membagi
tugas-tugas (peran) pada tim
5 5. Membangun
pos komando (untuk mengontrol semua operasi penyelamatan)
6 6. Membangun
komunikasi yang baik kepada semua petugas
Safety
Officer
Adalah
orang yang bertanggung jawab dalam hal faktor keselamatan pada Tim, dengan
memberikan saran-saran kepada IC baik itu sebelum, ketika dan sesudah operasi
penyelamatan, bahkan safety officer dapat menghentikan kegiatan penyelamatan
dikarenakan operasi penyelamatan dapat membahayakan keselamatan pada tim dengan
sebelumnya berkomunikasi dengan IC. Safety officer bertanggung jawab pada semua Alat Pelindung
Diri yang digunakan oleh tim terlebih lagi pada Rescuer, safety officer juga
bertanggung jawab secara penuh dengan
petugas (Rescuer) yang masuk dan keluar dari dalam ruang sempit.
Petugas
Logistik
Petugas
ini bertanggung jawab untuk semua peralatan yang akan digunakan dalam operasi
penyelamatan (inventarisasi alat), seorang petugas logistik harus mampu, paham
dan mengerti semua peralatan baik itu nama, jenis dan speksifikasi peralatan yang
akan digunakan agar tidak ada salah
komunikasi atau salah dalam penyiapan alat sehingga akan memakan waktu dalam
penyelamatan.
Petugas
Hazard control dan ventilasi
Petugas
ini bertanggung jawab dengan memberikan rasa aman pada tim dan rescuer dengan
mengecek apakah masih terdapat bahan-bahan berbahaya dan beracun disekitar atau
di dalam ruang sempit, petugas hazard control juga menyediakan ventilasi yang
baik ke dalam ruang sempit untuk memudahkan rescuer masuk ke dalam ruang sempit
dengan berkordinasi dengan safety officer dan logistic, seperti peralatan
ventilasi yang akan digunakan. Petugas ini juga mengontrol bahaya listrik dan
ledakan yang sering dijumpai di ruang sempit.
Petugas
Dekontaminasi
Petugas
ini diperlukan jika dalam informasi awal dari TKP, ruangan sempit terdapat
banyak Bahan-bahan berbahaya dan beracun, maka tim dekon berfungsi memeriksa
dan memastikan TKP dan Tim aman dari B3
Petugas
suplai udara
Sebagai
petugas yang bertanggung jawab dengan
pasokan udara untuk rescuer yang sesuai, baik itu tekanan dan jumlah yang di
butuhkan yaitu dengan menyiapkan peralatan SCBA dan mengontrol tekanan dan
isinya agar semua petugas rescuer dapat di deteksi sampai berapa lama mereka
ada di dalam ruangan sempit.
Rescuer
Petugas
inilah yang akan masuk kedalam ruangan sempit (minimal 2 orang), petugas ini
harus yang benar-benar terlatih dan bersertifikat, rescuer harus mampu membaca
segala perkembangan di dalam ruangan sempit dan menginformasikan ke IC.
Pelatihan yang kontinyu akan bermanfaat untuk operasi penyelamatan.
Rescuer
cadangan/back up
Rescuer
ini berjumlah sekurang-kurangnya 2 orang dan
bersiap-siap di luar/atas ruangan sempit, serta masuk kedalam jika
benar-benar dibutuhkan, diantaranya : jika tim rescue pertama ada kendala di
dalam sehingga memerlukan dengan cepat petolongan, dan tim rescue pertama sudah
melewati batas waktu yang di tentukan namun korban belum ditemukan/dievakuasi.
Petugas
Medis
Petugas
Medis ini bertanggung jawab dengan memberikan pengawasan kepada Tim terlebih
lagi kepada Rescuer yang akan masuk ke ruang sempit, apakah secara medis dan
mental rescuer siap masuk kedalam area bahaya atau secara medis dan mental
rescuer tidak siap masuk kedalam ruang sempit. Petugas medis juga siap
memberikan rehabilitasi dan perawatan medis kepada korban apabila telah berhasil dikeluarkan dari ruang
sempit sampai korban di transportasikan ke rumah sakit.
Petugas
Tali temali
Petugas tali temali lebih dari 2 orang dengan
tanggung jawab semua ikatan dan simpul untuk mengatur dan mengelola sistem
penyelamatan (tripots/anchor), yaitu menjamin keamanan rescuer yang masuk/turun
keruang sempit.
3 jenis teknik penyelamatan di ruang sempit:
1 1. Tidak perlu masuk/turun
- Masuk/turun dengan orang lain
- Tim rescue masuk/turun
1 Tidak
perlu masuk/turun
Rescuer
tidak perlu masuk ke ruang sempit, petugas dapat menggunakan tali atau winch, tehnik
ini dipakai apabila korban masih terlihat serta dapat di ajak berkomunikasi dan
dapat ditarik karena masih korban dapat menjangkau alat yang di lemparkan misalnya : kayu, besi,tali,
winch dan lain-lain
2. Masuk/turun
dengan orang lain
Rescuer
masuk/turun keruang sempit dengan petugas/karyawan dari perusahaan. Karyawan harus paham dan mengerti dengan
kondisi di dalam ruang sempit, karyawan sebagai pemandu rescuer untuk menggapai/mencari
korban. Harus dipastikan bahwa karyawan yang menjadi pemandu harus kayawan
terlatih dan benar-benar memahami kondisi ruang sempit tersebut.
3 Tim
Rescue masuk/turun
Disini
Rescuer masuk/turun tanpa di temani oleh petugas/karyawan setempat, hal yang
perlu diperhatikan disini untuk tim penyelamat adalah, tim penyelamat harus
yang terlatih dan bersertifikat, baik itu
masuk kedalam ruang sempit maupun pengetahuan
tentang MFR (Medical First Responder)
lalu rescuer harus memakai APD dan peralatan yang lengkap sebab medan di
dalam ruang sempit tidak dapat dipastikan dan informasi dari karyawan di TKP
terkadang tidak lengkap (tidak sampai pada kondisi di dalam ruang sempit).
Tipe
Penyelamatan
1 Ofensive
Korban
masih hidup/sadar
Kompleksitas
penyelamatan
Bahaya
yang diketahui dan apakah dapat dikontrol atau tidak
Sumber
daya yang tersedia untuk menyelamatkan (kesiapan tim : latihan dan jam terbang
dalam penyelamatan
Insiden
stabilisasi yang cepat dan kemungkinan perubahan rencana
Pada
tipe ini tim penyelamat dapat langsung masuk/turun kedalam, karena keadaan
mendesak serta tim dalam keadaan siap
2 Defensive
(body recovery)
Tidak
ada kemungkinan kehidupan korban, area sangat berbahaya (B3)
Kompleksitas
penyelamatan
Kondisi
berbahaya masih ada
Minim
sumber daya yang tersedia (belum/jarang latihan, minim jam terbang dan
lain-lain)
Tipe
ini tidak memungkinkan tim masuk/turun kedalam, karena hanya akan menambah
korban baru di dalam.
Kegagalan
pada operasi penyelamatan biasanya di karenakan oleh
- Kegagalan
untuk memahami lingkungan
Kurang
informasi/tidak ada informasi kalaupun ada, tidak paham dengan informasi tersebut - - -- Masalah
medis tambahan yang sepele
Tidak
menyiapkan tim medis, misalnya : RJP Oksigen, Peralatan first aid, bidai, neckoler, tandu dan lain-lain
- Keterampilan
penyelamat yang tidak memadai
Tidak/jarang
latihan masuk keruang sempit
- Tim tidak solid atau kurangnya pelatihan dan pengalaman
Kurangnya
latihan sehingga kerja sama tim kurang bagus, jam terbang minim sekali.
- Meremehkan
logistik
Petugas
tidak paham/mengerti peralatan, sehingga tidak sesuai peruntukannya atau salah mengambil alat sehingga banyak waktu terbuang
- Tindakan recovery tidak dianggap
Setelah korban berhasil dikeluarkan/diangkat, tidak
diberikan pertolongan basic life suppord
- Tidak
menguasai Peralatan
Tim
Penyelamat tidak mengerti dan memahami peralatan, sehingga pekerjaan
membutuhkan waktu lama
PEDOMAN
TAKTIS
Setelah
tim penyelamat menerima laporan dari TKP bahwa ada korban yang terjebak di
dalam ruang sempit, IC langsung menggali laporan dari TKP (pre Size-up) yaitu
mencari tahu berapa korban di dalam ruang sempit, sudah berapa lama korban di
dalam (kondisi terakhir korban, sadar/tidak sadar), tindakan medis yang
diperlukan, bahaya yang ada di TKP (udara, B3, listrik, ledakan dan lain-lain),
letak dan karakteristik ruangan sempit. Setelah itu IC memerintahkan tim untuk
menyiapkan peralatan dengan menyesuaikan
informasi dari TKP hasil dari penggalian tadi.
I I. Tahap I. Size Up
A. PENILAIAN UTAMA/PRIMER
·
Mengamankan
karyawan diTKP atau saksi kecelakaan untuk menentukan dengan tepat apa yang
terjadi.
·
Penilaian
langsung dari bahaya di TKP.
·
Jika tidak
ada saksi, IC harus mencari petunjuk di
tempat kejadian yang dapat menunjukkan apa yang telah terjadi.
·
Penilaian
korban harus dilakukan.
·
Perintah
harus menentukan berapa banyak korban.
·
IC mencari
informasi berapa lama korban telah masuk/turun, mekanisme cedera, dan profil korban.
·
IC harus
membuat keputusan awal apakah operasi akan dilakukan sebagai penyelamatan atau
pemulihan.
·
Membangun
komunikasi dengan korban sesegera mungkin.
·
Cari
informasi pada pengawas perusahaan dan semua informasi lainnya tentang ruang
sempit/tempat kejadian.
B. PENILAIAN SEKUNDER
1.
Ruang Sempit
·
IC harus
menentukan jenis ruang sempit tempat kejadian.
·
Produk apa
yang disimpan atau digunakan di ruang sempit
ini.
·
Bahaya apa
yang akan di hadapi : listrik, mekanik, energi yang tersimpan dan lain-lain.
·
Lokasi dan
jumlah korban yang terkena dampak.
·
Gambar
ruang kejadian, termasuk poin dari masuknya dan juga jalan keluar.
·
Stabilisasi
ruang sempit tempat kejadian.
·
Bahaya
bahan yang menguap.
·
Mendapatkan
salinan pekerjaan korban pada ruang sempit tempat kejadian.
2.
Memulai
menyiapkan Personil dan Peralatan
·
IC
menyiapkan petugas terlatih di tempat
kejadian untuk melakukan penyelamatan / recovery.
·
IC memerintahkan
petugas logistik menyiapkan semua peralatan yang diperlukan dan melayani semua
petugas yang membutuhkan peralatan
·
Logistik
mempersiapkan peralatan yang tepat di tempat kejadian untuk operasi
penyelamatan yang aman secara lengkap. namun tidak terbatas pada:
ü Peralatan pemantauan atmosfir.
ü Peralatan pencahayaan.
ü Peralatan komunikasi.
ü Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA) dan DSU
ü Sistem pencarian Korban / peralatan (sked, stoke, system,tali,
thermal imaging camera dan alat pencarian lainnya).
II. Pra-Masuk/turun Operasi
· - Membuat TKP
Aman
ü Membangun perimeter
ü Ukuran perimeter harus ditentukan oleh kondisi atmosfir, arah
angin, ukuran dan bentuk ruang.
ü Menghentikan atau mengalihkan lalu lintas di sekitar area.
ü Membangun ventilasi jika diperlukan.
ü Menetapkan semua petugas untuk operasi sesuai tugasnya.
· - Membuat Tim
Rescue Aman
ü Hazard control wajib melakukan pengujian atmosfir dalam ruang
untuk menentukan tingkat oksigen, mudah terbakar, dan toksisitas. Berdasarkan
pembacaan, Hazard kontrol harus melaporkan kepada safety officer, dengan
menggunakan alat pelindung diri. Instrumen yang digunakan untuk memantau ruang
terbatas harus memiliki:
1.
Audio alarm
2.
dikalibrasi
untuk 10% dari LEL gas calibrant.
3.
Apakah
audio-alarm ditetapkan pada:
a.
oksigen
kekurangan: 19,5% dan oksigen pengayaan: 23,5%
b.
mudah
terbakar: 10% alarm set
c.
Toksisitas:
karbon monoksida 35 ppm dan 10 ppm hidrogen sulfida
4.
Untuk
setiap pembacaan oksigen di bawah 12%, IC harus mengakui bahwa membaca LEL tidak akan
akurat.
5.
Safety
officer harus memberikan perintah pembacaan atmosfer pada waktu yang tepat.
ü Utilities, termasuk listrik, gas dan air harus diamankan dan
dikunci.
ü Setiap produk yang ada di atau mengalir ke dalam ruang terbatas
harus diamankan dan blanked off jika memungkinkan.
ü Setiap manufaktur atau peralatan pengolahan harus ditutup sebelum
masuk. Semua peralatan yang terlibat dalam operasi ruang terbatas harus dikunci
dan dijaga dalam keadaan energi nol sampai operasi dihentikan.
ü Struktur ruang terbatas harus dievaluasi. Semua kegiatan yang
dilaksanakan harus menjamin stabilitas
struktur ruang
- Ventilasi
ü IC menetapkan petugas Ventilasi.
ü Sektor Ventilasi harus berkonsultasi dengan safety officer dan Hazard kontrol untuk menentukan jenis yang
tepat ventilasi untuk ruang sempit.
ü Sektor Ventilasi harus mempertimbangkan efek pada atmosfer apakah
menggunakan ventilasi tekanan positif atau negatif (yaitu, menambah atau
mengurangi atmosfir terbakar). Ini bisa memerlukan ventilasi baik positif
maupun negatif. didasarkan pada
kepadatan uap atau berat molekul produk.
ü Petugas Ventilasi dapat
mempertimbangkan ventilasi tekanan negatif jika hanya ada satu titik masuk.
Pemantauan atmosfer akan diminta untuk memastikan lingkungan tidak akan meledak
karena uap habis di area ruang sempit.
o Petugas ventilasi juga
harus mempertimbangkan efek knalpot pada operasi.
I III. Masuk/turun ke ruang sempit.
·
Setelah area TKP
dinyatakan aman oleh safety officer (dengan masukan dari hazard control) petugas
tali temali mempersiapkan ikatan-ikatan yang di perlukan (rigging/tripot/seling
tali) untuk rescuer turun/masuk ke dalam ruang sempit.
·
Safety officer
memeriksa kesiapan tali-tali (ikatan dan simpul), tripot, ventilasi dan APD
rescuer. Setelah petugas safety officer menyatakan siap, IC memerintahkan
rescuer (2 orang) untuk masuk/turun pada ruang sempit, sementara rescuer
cadangan (back up) siap sewaktu-waktu harus masuk/turun keruang sempit.
·
Seleksi Personil
ü Personil yang terlatih dan siap mental yang dapat masuk ruang
sempit begitu juga dengan back-up
personil.
ü Komando harus memastikan bahwa personil back-up stand-by setiap saat
ketika tim masuk/turun ke ruang sempit.
·
Seleksi
Personil dan Peralatan Proteksi
ü Semua Rescuer yang masuk/turun harus memakai APD lengkap. Mencakup jenis penyelamatan minimal
kwalifikasi kelas III seperti : helm, sarung tangan, sepatu yang tepat,
pelindung mata dan perlindungan kulit yang tepat.
ü Semua rescuer dan cadangan akan mengenakan SCBA ketika siap masuk
ke ruang sempit. SAR (disediakan respirator udara) diperbolehkan jika tersedia silinder
untuk keluar.
ü Jika rescuer menggunakan SCBA, mereka masuk minimal 20 menit
working duration.
ü Rescuer masuk/turun membawa alat pendeteksi panas (thermal imaging
camera)
ü Rescuer masuk menggunakan perangkat pemantauan udara secara terus
menerus selama berada di dalam ruang sempit.
ü Rescuer masuk menggunakan harness dan tag keamanan.
·
Ketika rescuer
masuk/turun, safety officer terus memantau vantilasi, tripots (rigging) dan
tekanan udara pada SCBA. IC terus berkomunikasi dengan rescuer tentang
perkembangan yang ditemui di dalam ruang sempit. Sementara petugas medis telah
siap dengan peralatannya.
·
Komunikasi
dan Lighting
ü Jika ruang sempit adalah ruang yang mudah terbakar, rescuer harus
memiliki peralatan komunikasi intrinsik aman dari penyalaan/ledakan. Jika
peralatan tidak tersedia, safety officer
dapat memutuskan untuk menggunakan tag line untuk komunikasi atau pesan
berantai.
ü Jika rescuer memasuki/turun ruang tertutup gelap, safety officer
harus memastikan bahwa jenis yang tepat dari pencahayaan yang digunakan, agar
tidak terjadi penyalaan/ledakan. Jika tidak tersedia, maka lampu jenis cylume
harus digunakan oleh tim rescuer.
I IV. Orientasi pada Ruang Sempit
·
Sebelum
masuk/turun ke ruang sempit, safety officer akan menyediakan semua diagram dan
informasi terkait tata letak ruang dan kemungkinan korban berada, untuk tim
rescuer.
·
Semua
rescuer dan rescuer cadangan, IC serta safety officer harus mengerti akan
rencana aksi dan rencana cadangan sebelum masuk.
·
Penyelamatan
bisa saja tidak sesuai rencana, tergantung pada dinamika di dalam ruang sempit.
Ini bisa menjadi bahaya yang sering tidak terduga. Seluruh tim harus siap
dengan rencana cadangan lainnya.
V. Menemukan Korban
·
Rescuer terus
berkomunikasi kepada IC jika menemukan hal-hal membahayakan atau
kendala-kendala di dalam, sampai pada rescuer mendapatkan korban, rescuer
mengkomunikasikan kepada IC tentang keadaan korban, apakah masih hidup
(sadar/tidak sadar), IC memerintahkan kepada rescuer untuk melakukan pengikatan
pada korban namun bila waktu memungkinkan rescuer dapat mengadakan
langkah-langkah penilaian dini pada
korban
·
Jika
memungkinkan, tim rescuer masuk dengan membawa pasokan udara untuk korban
bernapas.
·
Penyelamat
tidak boleh memberikan alat bantu pernapasan mereka kepada korban.
VI. Menilai Kondisi Korban
·
Setelah
mencapai korban, Tim rescuer harus melakukan survei primer langsung.
·
Penilaian dini : Tentukan
Kesan Umum ( Trauma / Medis ), Pemeriksaan Respon, Memastikan Jalan Nafas
terbuka, Menilai Pernapasan ( LDR ), Menilai Sirkulasi dan menghentikan
perdarahan (bila ada)
·
Jika
sesuai, pengobatan harus segera dilaksanakan di tempat.
·
Jika
diindikasikan praktis dan lengkap
tindakan pencegahan C-spine harus diambil.
VII. Evakuasi
korban
·
Setelah korban
benar-benar sadar dan jalan nafas sudah baik (stabil), rescuer dapat
melanjutkan dengan pemindahan korban ke tempat aman
VIII. Sistim
Pemindahan Korban
·
Sebelum evakuasi
korban, tim rescuer harus menentukan metode yang tepat untuk pemindahan. Ini
mungkin termasuk sistem jarak vertikal atau horisontal terbuat dari tali,
katrol, dan perangkat keras lainnya, dengan minimal 2: 1 keuntungan mekanis.
IX. Transportasi ke Rumah Sakit
·
Segera
setelah rescuer dan korban mencapai jalan keluar, petugas medis langsung mengambil peran dari
rescuer dan mengadakan rehabilitasi dengan perawatan medis .
·
Jika korban
terkontaminasi dari B3, petugas Dekontaminasi dan koridor harus diatur dan
digunakan sebelum transportasi korban ke rumah sakit.
·
Bila korban dapat
dinyatakan stabil maka langkah selanjutnya adalah mentransportasikan korban
kerumah sakit terdekat
X. Inventarisasi Personil dan Peralatan
·
Personil
ü IC mengecek semua personil, mulai dari Rescuer, Rescuer cadangan,
safety officer, logistic, hazard control, petugas tali/tipots, petugas
dekontaminasi dan lain-lain.
·
Peralatan
ü peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk penyelamatan /
recovery. Jika ada yang hilang, IC dapat mempertimbangkan meninggalkan
peralatan dan perlengkapan di tempat untuk keperluan investigasi.
ü Jika personil masuk/turun dan telah terkontaminasi selama operasi, prosedur
dekontaminasi yang tepat harus diikuti termasuk peralatannya sebelum menempatkan
peralatan kembali ke Unit.
·
Amankan TKP
ü Sebelum menyerahkan TKP ke pihak yang bertanggung jawab, salah
satu pengecekan akhir dari atmosfer harus
diambil dan dicatat. IC dapat mempertimbangkan menutup TKP jika situasi
menentukan itu.
ü IC dapat memberikan
pertimbangan, pembekalan dan kritik kepada pemilik perusahaan.
XI. Pertimbangan
tambahan
·
Membangun
komando
ü Membangun sistim komando yang berjenjang sesuai dengan
pekerjaannya
ü IC dapat menetapkan untuk diisolasi dari ruang terbatas/sempit.
·
Pertimbangan
kondisi cuaca
ü Panas. Mempertimbangkan pergantian tim terutama tim rescue
ü Dingin. Mempertimbangkan efek dari hipotermia pada rescuer dan
korban.
ü Hujan. Mempertimbangkan efek hujan pada daerah bahaya (genangan
dan becek).
ü Waktu Hari. Apakah ada pencahayaan yang cukup untuk operasional
memperluas pada malam hari?
·
Pertimbangkan
efek pada keluarga, teman-teman, keluarga untuk diberitahu.
·
Pertimbangkan
media berita; menetapkan humas untuk bicara dari satu sumber.
·
Pertimbangan
untuk memanggil polisi apalagi jika ada kematian.
Harus diingat bahwa setiap
operasi penyelamatan akan berbeda-beda dalam penanganan dan waktu yang
ditempuh, sering sekali ada dinamika
yang berkembang dalam operasi penyelamatan, tim penyelamat terutama IC dan
safety officer harus mampu berimprovisasi dengan pengalaman-pengalaman yang
pernah di laksanakan, Kunci dari keberhasilan operasi penyelamatan adalah
latihan yang rutin dengan berbagai medan yang beragam, itu sangat berguna untuk
membuat tim semakin solid, bertambah
pengalaman dan dapat mengerti serta memahami karakteristik peralatan dengan
baik, itulah kunci keberhasilan setiap
operasi penyelamatan yang sesungguhnya.
Demikian
prosedur penyelamatan di ruang sempit ini kami sajikan, semoga bermanfaat buat
semua petugas penyelamat, kritik serta saran sangan kami butuhkan, terima
kasih.
SUMBER REFERENSI
American National Standards Institute, (1989). Safety Requirements
for Confined Spaces, (ANSI 2117.1). New York: Author.
Bentivoglio, J. (1998, July). OSHA’S confined space Standard: What
is Really Required of Fire/Rescue Agencies? Fire Engineering, p. 105.
Bowman, J. (1993, March-April). 29 CFR 1910.146, Permit Required
Confined Spaces: Rescue
Responsibilities and Training Requirements. Industrial Fire
Safety, p. 23.
CMC Rescue, Inc. (1996)
Confined Space Entry and Rescue (p. ii-xv and 6-17) Santa Barbara, California:
Author
Gallagher, T and Storment,
S. (1994, July-August). Confined Space Rescue Part II: Atmospheric Hazards.
Rescue (pp: 57, 58).
National
Fire Protection Association, (1997) NFPA 1500: Standard on Fire Department
Occupational Safety and Health. (1997 ed.). Quincy, MA: Author
_______. (1997). NFPA 1670: Standard on Operations and Training
for Technical Rescue Incidents. (1999 ed.). Quincy, MA: Author.
_______. (1997) NFPA 472. Standard for Professional Competence of
Responders to Hazardous Materials Incidents. (1997 ed.). Quincy, MA: Author.
_______. (2000) NFPA 1006:
Standard for Rescue Technician Professional Qualifications. (Draft ed.).
Quincy, MA: Author.
No comments:
Post a Comment